Kamis, 19 Februari 2015

Gurunya Manusia (1)

            Post sebelumnya, aku beri judul teaching is fun, belajar dengan senang. Yup.. Emang nyenengin banget kalo kita bisa ngajar dengan baik. Sebaik dan sebenarnya sebagai Guru atau Pengajarnya Manusia. Pernah dengar gurunya manusia? Itu adalah sebuah judul buku oleh munif Chatib, tentang gimana memaksimalkan kemampuan siswa, dan gimana jadi gurunya manusia.
            Semester ini (semester 6, udah tua T_T) aku jadi asisten praktikum, beda sama semester 3 kemarin yang cuma buat modul, berhadapan dengan benda mati, bukan sesuatu yang hidup kayak semester ini, pinter-pinter lagi. Aku menulis ini saat aku mengkoreksi laporan praktikum adek-adek. Ada perasaan gak enak kalau mereka gak paham dengan materi ini. Aku belum bisa jadi gurunya manusia. Aku masih belum bisa membuat mereka curious dengan mata kuliah ini.. Aku belum bisa mentransfer kesenangan yang aku rasakan dengan mata kuliah ini kepada mereka. 
            Dari SD, cita-cita ku jadi guru, mungkin aku orang yang cita-citanya tetep mulai kecil, cuman pindah-pindah, dari guru TK, ke guru matematika, ke guru lain-lain yang aku fikir itu seru. SD-SMP hanya menikmati rasa jadi siswa, namun di SMK, aku sudah bisa memetakan, gaya mengajar dari guru-guruku, mengambil hipotesis-hiotesis yang kadang seenaknya. Namanya juga dugaan, jadi seenak ku saja menduganya. Aku sering menuliskannya di buku catatan kecil yang berisi puisi-puisi gak jelas dan abstrak kadang juga alay (terbukti dari beberapa orang yang kuizinkan untuk membacanya, dan mentertawakannya -_-”). Aku menuliskan strategi dari beberapa guru favoritku, 

  • pak dody : ada yang menjadi pendengar setia, memberi kami kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya
  • my beloved mom, bu farida : yang tegas namun bersahaja, kemampuan menjawab pertanyaan yang membingungkanku dengan cekatan membuat kita percaya beliau layak jadi pengajar di mata pelajaran ini
  • Pak Jony :  beliau orang murni, mungkin dalam beberapa hal aku sering tidak mengerti karena penjelasannya, namun beliau orang yang telaten :). Satu yang selalu kuingat dari beliau. Saat itu UTS. Seperti biasa, nakalnya anak SMK terlebih tahun kedua, sudah hafal tabiat beliau jika ujian. contekan sudah disiapkan dengan pembacaan karakter guru, lokasi strategis, teknik-teknik mencontek tanpa ketauan, dan lain sebagainya. Semua hal ini gagal dengan satu cara. Setelah kami duduk, seperti biasa, tiba-tiba pak jony memberi instruksi : “Silahkan berdiri, kursi dibalik, bawa lembar jawaban dan alat tulis ke meja belakang, kerjakan. Saya pegang absen ya”. Pak jony yang biasanya menjaga di depan, berganti posisi di belakang, dari posisi tempat duduknya yang lebih tinggi dari kami, pasti sudah terlihat di keseluruhan sisi (pengalaman pembacaan lokasi).buku yang sudah disiapkan di laci tak lagi bisa diakses. Entah aku ini jahat atau bagaimana, tapi sungguh, melihat ekspresi teman-teman ku yang gagal perang karena kalah strategi yang sudah disipakan semalaman.Aku belajar ternyata pemberian surprise yang diluar dugaan ini perlu. Seorang guru harus lebih cerdik dari murid yang curang. Layaknya Polisi yang harus lebih cerdik dari pencurinya.
  • Pak sukma, guru terkeren, wali kelas favorit, satu-satunya guru yang ibuku hafal (ganteng katanya) -_- : aku sampai sekarang tidak bisa menjelaskan beliau menggunakan cara apa, yang terpenting adalah, beliau menempatkan diri sebagai rekan kami, namun dengan manajemen sikap dan pemikiran yang baik sehingga kami masih hormat kepada beliau, tak melawan, tak meledek layaknya kawan, namun bisa bercerita apapun seperti sahabat. Perawakannya yang masih sama dengan anak SMK membuat kita lebih merasa beliau seumuran (padahal anaknya udah 2). Futsal bareng, entah di dalam sekolah atau di luar. Dan entah dengan cara apa, aku yang lemot ini bisa paham kimia dan fisika dengan metode yang beliau ajarkan. Gak ribet, simpel, dan mudah dipahami. Ujian? Beliau suka banget dengan diskon! Memperlihatkan gerak-gerik lebih dari 2 kali, diskon 5 persen! Dan itu beneran ditulis di kertas ujian, beneran dapet diskon!


            Dan sebenarnya masih banyak lagi guru yang bisa dipelajari dari sekolah ku dulu, yang notabene nya anaknya nakal (di SMK). Suatu kondisi yang begitu bebeda dengan SMP ku. Di SMP ku, dengan suasana persaingan tinggi namun seru dan bersahabat. 
SMP ini aku masuk dengan susah payah. Nilaiku tak cukup baik di SD yang rata-rata hanya 6,9. Ku kejar itu dengan 3 hari begadang mengerjakan soal-soal latihan untuk test masuk disana yang dibelikan ibuku. Punggung ini rasanya sampai melengkung. Aku bisa lolos karena hasil ujian test ini baik. Lebih baik dari beberapa orang yang protes karena anaknya yang rata-rata sampai hampir 9 namun tak lolos. Sekolah ini mungkin tak begitu percaya dengan hasil UN, yang terkadang palsu.

            Yang terlihat keren di SMP ku adalah pengejar bahasa inggris. Pengajaran disini sudah Student Center. Seorang guruku membuat kita setiap hari belajar writing, reading, speaking! Complete. Kita main peran dengan alur penjelasan materi, membuat bahan materi menjadi dialog +  menghafalkannya, dan terakhir mempresentasikannya di depan kelas. Satu aturan yang tak boleh dilanggar! Wajib membawa kamus, jaman dahulu masih belum ada android yang ada kamusnya, adapun alfalink yang harganya terbilang mahal, gak lengkap lagi XD. Semua anak maju berpasangan dengan teman sebangku, banyak yang menyisipkan humor-humor yang membuat kelas lebih berwarna :D.
Lain guru, tetap bahasa inggris, kita selalu bernyanyi. Tapiiii.. Lagunya harus dianalisis, vocab baru, grammar yang ada di lagu itu apa aja. Bahkan aku masih ingat lagu itu sampai sekarang. Kita juga di beri artikel-artikel cerita tentang apapun, dan terjemahkan, semua vocab di tulis di atas atau pinggir kata yang baru kutemukan. Buku tulis catatan harus dihias sebagus mungkin, dengan pensil warna dan spidol warna warni. Aku suka melihat tulisanku yang bak dokter, jadi rapi di buku itu :’)
            Aku menyadari bahwa ini peran guru untuk menciptakan suasana ini selain dari background siswa yang memang baik (bukan golonganku pastinya XD). Namun beginilah menurutku belajar. Belajar dengan senang, bukan tertekan!. Terimakasih buat semua guru-guruku yang mengajarkan ku banyak hal, menjadi guruku yang baik, gurunya manusia..

            Aku masih harus belajar lagi. Habisin bukunya Munif Chatib yang minjem, belajar lagi, baca-baca lagi, di aplikasikan, menebarkan cahaya ilmu, pembangun peradaban, menyiapkan generasi pemuda pemudi yang cerdas dan berakhlakul karimah sebagai modal pembangunan bangsa ini!

 Next post mungkin aku akan bahas tentang isi atau poin-poin dari bukunya pak Munif Chatib. Semangat buat calon guru :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar