Selasa, 25 Juni 2013

Warna di Penghujung Hujan

Sore itu, seperti yang ia harapkan, hujan turun membasahi kota bunga yang didiaminya saat ini. Senyumnya selalu terkembang setiap melihat tetesan air dari langit itu. Entah tersihir apa oleh kejadian alam yang bernama hujan. Di sebuah jalan panjang yang selalu dilalui dahulu, di bawah payung yang sedari tadi ingin dilemparkan, ia pulang menuju kotak kecil nan hangat yang menjadi dunianya.

Soree, aku pulang cantik, udah makan?” tanyanya pada putri kecil yang menghiasi harinya sejak 3 tahun lalu.
Sudah, tadi sama ayah, kok lama banget pulangnya??”
maaf ya cantik, tadi hujan sebentar, sekarang kan sudah dirumah sama kamu” menyogok putri kecilnya dengan senyum termanis jurus andalannya.
Dalam hatinya tergoyah, merasa bersalah meninggalkan putrinya. Sore itu memang ia pulang lebih lama dari biasanya, Raisha merindukan tempat yang beberapa waktu menemaninya, menarik lagi pita rekaman yang terjadi beberapa tahun lalu, saat semua masih kelabu, tak seterang hari itu.
®®®
Pagi itu berangkat dari kosan ke kampus, dengan jarak yang cukup untuk sekedar olahraga ringan, berjalan santai dengan earphone menancap di telinganya. Memasuki halaman Fakultas sastra yang banyak bunga dan pepohonan, ia selalu menurunkan volume musik di HP nya, menghirup udara pagi sedalamnya. Segar, dengan kicauan burung yang menyenandungkan selamat pagi bagi penduduk bumi, bentuk awan yang tersebar tipis layaknya pasir pantai yang baru saja tersapu air, dan matahari yang masih malas untuk meninggi. Ini adalah salah satu Favorite moment buat si jutek Raisha.
Di kampus masih sepi, ia sendiri menuju halaman gedung bertingkat 4 yang dituju. Duduk di teras sambil bergumam mengikuti lagunya. Ia menutup matanya, merasakan hawa dingin yang menyapu wajahnya, senyum terkembang dari dara manis itu.
Paagii Sayaaaaannggg!!” sapaan kinara, sahabatnya di kelas listrik di kampusnya membuyarkan lamunannya.
Kurang ajar ya! pagi-pagi udah ngagetin, pingin gue jantungan nih?” timpal Raisha
Buset dah, di sapa “sayang” aja juteknya begitu amat” Kinara manyun, yang sebal dengan tingkah sahabatnya itu
Iya iyaaa maaf.. kamu sihh…” Kata-kata Raisha terhenti, matanya tertuju pada sepasang mata di seberang jalan, sebuah nama yang lama bertengger di sudut hatinya. Hatinya bergetar, ia mendekat dan menyapa kedua sahabat itu.
Pagi Raisha, Kinara, kuliah apa bentar lagi?”
Rangkaian Listrik yan, elu?” timpal kinara, Raisha masih terpaku.
TTL, yaudah, duluan yaa” Jawab Ryan, sosok yang membuat si jutek memaku, membeku, tak bergerak pagi itu.
Kinara menyadarinya, Raisha menyimpan nama pria itu dalam dadanya. Namun ia memilih bungkam, menunggu Raisha menceritakan padanya sendiri. Mereka berdua pun menuju kelas, sudah ada beberapa orang yang berdiam. Raisha tetap dengan headsetnya, ia membuka buku tebal, dan sekedar membolak-baliknya, membaca sekilas untaian huruf yang tersebar.
Raisha duduk di tempat favoritenya, dibaris depan di sebelah jendela. Dari lantai 4 itu, ia bisa merasakan angin yang berhembus sejuk. Ia matikan musik yang bersenandung untuknya. Melihat pucuk pohon yang terkembang bunga ungu di ujungnya. Tak lama, raisha merasakan hawa lain di sampingnya. Benar saja, Rizky, seorang cowok yang lumayan manis, yang di gadang-gadang suka sama si jutek Raisha.
Pagi cantik.. liatin apa sih?” goda Rizky pagi itu
Liat angin, kenapa? Mau liat juga?” Raisha langsung mengenakan headsetnya lagi, menuju tangga
Aku belum nyerah sha..” ucap Rizky perlahan
Gak habis pikir, cantik enggak, baik apalagi, di jutekin tiap hari gak nyerah juga ya.. fuuhh” gumam raisha
®®®
Sore itu Raisha memutuskan ke toko buku langganannya, ia mencari novel atau buku apa saja yang menarik matanya hingga kacamatanya menebal. Keasyikannya terhenti menangkap sosok yang sangat ia kenal, yang lama ia cintai dalam diam. Ryan disana, namun tak sendiri, dan bukan dengannya. Raisha terluka. Ia memutuskan untuk pulang, tak lagi sanggup membendung perasaannya.
Namanya juga perempuan, tak sanggup memendamnya sendiri, Raisha menceritakan semua kepada sahabatnya Kinara, dengan sabat di dengarkan keluh kesah seorang Raisha yang biasanya ceria bisa berubah diam hanya karna satu kejadian. Setelah lega mengeluarkan gundah di hatinya. Ia terdiam. Kembali ke samping jendela, menceritakannya pada awan, langit dan angin yang menyapu wajahnya.
Kembali ke kosan, di sebuah kotak yang ia bisa dengan semaunya mengekspresikan apa yang di lakukannya. Menerawang ke langit-langit kamarnya. Mendengarkan nyanyian hujan pengobat hatinya. Ia sadar, telah menitipkan hatinya ke atas awan yang terlihat nyaman, ia sendiri tak sadari seberapa tinggi awan itu dan adakah lubang disana. Sampai ia terjatuh dan tersadar akan semua itu. Move on! Mungkin hanya itu yang bisa lakukan. Lebih banyak yang lebih layak di prioritaskan saat ini. Lebih membuka hati, melihat yang tulus untuknya.
Pagi itu seperti biasa, ia menikmati pucuk pohon yang telah berubah menguning seiring musim yang bergulir. Akhir-akhir ini, tak ada lagi yang memangilnya cantik, hemm, mungkin Rizky sudah lelah dan jera akan kejutekan Raisha. Satu yang menghilang saat sebuah gerbang telah Raisha buka untuknya. Dan ia sadar, cinta datang terlambat, ataukah perasaan pelarian semata?
Eh, elu ra, Wait, tumben amat baru dateng udah cengar-cengir aja, abis dapet hadiah magic com dari tutup teh ya?”
Ah elu shaa, gue lagi seneng niiiihh, gue sekarang udah jadian, hihihi”
Serius? Sialan ya, punya gebetan gak kasih tau gue, siapaaa?”
Rizky sha..”
®®®
Semester terakhir perkuliahan Raisha, kesibukan skripsi telah menyita waktu, pikiran dan melupakan perasaanya. Setelah maju sidang dan mencapai nilai yang sesuai perjuangannya, ia mengenakan kebaya abu-abu dan namanya telah memanjang menjadi Raisha Azzahra S.Pd.
Sekarang ia telah menjadi guru sesuai impiannya saat kecil lalu, ia terus mengejar apa yang ada dia angannya. Perasaanya masih sama. Ia tutup rapat, ia takut lagi akan ada yang masuk dan tak sengaja meninggalkan serpihan kaca di hatinya. Ia pasrahkan semuanya, terserah ayah ibu saja pikirnya.
Sore itu ia kembali kerumah, menuju kamarnya, merebahkan tulang belakang yang memanja. Usai mandi, Sang Ibu bercerita bahwa ada yang ingin menjadikannya sebagai pendamping, dan Raisha mengiyakannya, berharap kali ini membuka hatinya untuk yang terakhir kalinya. Dan hujan turun sejukkan senja itu.
®®®
“Baru pulang ya? Aisyah dari tadi nyariin tuh, dari mana?”
ke kampus sebentar ayah, maaf ndak bilang, pingin jalan-jalan aja inget dulu”
Maafin aku dulu yaaa, yang mungkin buat kamu sakit”
Sama-sama, don’t mention it” jawab Raisha sambil tersenyum, senyum yang mampu meluluhkan hati pria dihadapannya
Eh Aisyah, udah mainnya? Anaknya siapa yaa cantik banget ini??”
Anaknya ayah Ryan dan bunda Raisha doonng”
Pelukan hangat sang putri membalut keluarga kecil ini di senja yang tetap ditemani rintik air dari awan yang melemah, berganti warna indah matahari senja yang berlapis abu-abu sisa mendung yang terkikis perlahan.

9 komentar:

  1. sangar.. :D
    semangat berkarya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih :) di tunggu juga karyamu

      Hapus
    2. :D tak seahli anda.. :)

      Hapus
    3. gak perlu ahli untuk karya sastra :) karakter menulis orang berbeda-beda kan ^^ semangat :D

      Hapus
  2. anaknya ayah randy dan bunda madin namanya siaapaa?? :p
    apik din (y)

    BalasHapus
  3. hikam wes ketularan endah nyeluk aku madin

    anak opo hee =_=

    BalasHapus
  4. “Eh Aisyah, udah mainnya? Anaknya siapa yaa cantik banget ini??”
    “Anaknya ayah Ryan dan bunda Raisha doonng”
    iki lak ceritane nyerempet2 PTE,,

    BalasHapus
  5. lha aku ngerti e pelajaran di elektro

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus