Minggu, 04 Mei 2014

Tak Pernah Setengah Hati

            Petang itu, setelah seharian ku menatapi layar laptop, tak berpindah dari pojokan tempat tidur itu, bosen juga, akhirnya aku putuskan untuk beli cemilan di luar kos. Suasana ramai seperti biasanya, jalan-jalan dipenuhi anak kos dengan segala kebutuhannya. Mulai mencari cemilan, makan, minum, print, entah fotocopy. Aku mulai berjalan dan menikmati lalu lalangnya. Setelah menggenggam biscuit coklat itu, aku terpaut pada seorang nenek yang menjual pisang, telur asin dan rokok di sebuah toko kecil itu, Beliau tertunduk di kursi sendiri, rupanya tertidur. Bukan sekali ini aku melihat beliau,  Kulihat jam ku, masih menunjukkan waktu isya akan masuk. Mungkin lelah. Entah fisiknya yang lelah, entah jiwanya..

            Lain lagi dengan nenek yang terhitung masih saudaraku, siang itu aku sedang menggendong putri kecil yang lucu, ibu dan tantenya membahas sms ibunya yang mengkhawatirkan gadis manis yang kugendong ini. Yang tak kuat kutahan dari pembicaraan itu seolah-olah nenek itu adalah benang yang “menyimpreti” (di jawa sih begitu, entah bahasa Indonesianya, gak tau  :/ yang tau boleh komen yaa :D). hanya 1 yang kufikir saat itu. Tak ingatkah saat kau dalam buaian, atau bahkan saat masih baru berjalan, seberapa menjengkelkannya ibumu menjaga?

            Kasihnya, tak pernah setengah hati. Entah kau yang menangis tengah malam, entah pundak yang pegal bekas gendonganmu yang semakin memberat, muntah-muntah karna kau telah di kandungannya, kotoran yang ia bersihkan dengan senyuman. Sayang sekali, memori saat bayi sulit terkuak lagi saat ini. Sayangnya yang tak pernah setengah hati terhapus, tertumpuk dengan memori keegoisan diri dan keangkuhan akan kasih dan doanya yang mungkin tak pernah kita tau.

            Di kala senjanya, saat hanya ingin senyum putra-putrinya yang telah mendewasa, menjulang lebih tinggi darinya, lebih bisa menjaganya yang ia butuhkan. Tetap menemaninya di senjanya, bukan dengan harta yang kau kirim tiap bulannya, tubuhnya mungkin semakin gemuk, tapi hatinya remuk. Melihat detikan waktu yang berlalu bersama angan-angan dan kenangan di masa lalu saat kau masih seminggu. Kuharap, sekalipun aku yang menulis ini, nanti, atau saat ini, aku takkan menyia-nyiakan beliau yang selalu menjagaku. Kalau iya, ingetin yaa :D karna aku orang yang sering ceroboh, hehehe jadi tulisan ini sebenarnya tujuannya sebagai tamparan buat aku sendiri sih. Share juga pengalamanmu, copy aja di komennya
Buat bonus,  aku kasih nih link video lagu dari Tompi, yang judul lagunya aku jadiin judul post ini, berikut liriknya :’)
Makasih buat waktunya udah baca, Wassalamualaikum ^^





Tidak ada komentar:

Posting Komentar