Petang
itu, setelah seharian ku menatapi layar laptop, tak berpindah dari pojokan
tempat tidur itu, bosen juga, akhirnya aku putuskan untuk beli cemilan di luar
kos. Suasana ramai seperti biasanya, jalan-jalan dipenuhi anak kos dengan
segala kebutuhannya. Mulai mencari cemilan, makan, minum, print, entah
fotocopy. Aku mulai berjalan dan menikmati lalu lalangnya. Setelah menggenggam
biscuit coklat itu, aku terpaut pada seorang nenek yang menjual pisang, telur
asin dan rokok di sebuah toko kecil itu, Beliau tertunduk di kursi sendiri, rupanya
tertidur. Bukan sekali ini aku melihat beliau, Kulihat jam ku, masih menunjukkan waktu isya
akan masuk. Mungkin lelah. Entah fisiknya yang lelah, entah jiwanya..
Lain
lagi dengan nenek yang terhitung masih saudaraku, siang itu aku sedang
menggendong putri kecil yang lucu, ibu dan tantenya membahas sms ibunya yang
mengkhawatirkan gadis manis yang kugendong ini. Yang tak kuat kutahan dari
pembicaraan itu seolah-olah nenek itu adalah benang yang “menyimpreti” (di jawa
sih begitu, entah bahasa Indonesianya, gak tau
:/ yang tau boleh komen yaa :D). hanya 1 yang kufikir saat itu. Tak
ingatkah saat kau dalam buaian, atau bahkan saat masih baru berjalan, seberapa
menjengkelkannya ibumu menjaga?
Kasihnya,
tak pernah setengah hati. Entah kau yang menangis tengah malam, entah
pundak yang pegal bekas gendonganmu yang semakin memberat, muntah-muntah karna
kau telah di kandungannya, kotoran yang ia bersihkan dengan senyuman. Sayang
sekali, memori saat bayi sulit terkuak lagi saat ini. Sayangnya yang tak
pernah setengah hati terhapus, tertumpuk dengan memori keegoisan diri dan
keangkuhan akan kasih dan doanya yang mungkin tak pernah kita tau.
Di
kala senjanya, saat hanya ingin senyum putra-putrinya yang telah mendewasa,
menjulang lebih tinggi darinya, lebih bisa menjaganya yang ia butuhkan. Tetap
menemaninya di senjanya, bukan dengan harta yang kau kirim tiap bulannya,
tubuhnya mungkin semakin gemuk, tapi hatinya remuk. Melihat detikan waktu yang
berlalu bersama angan-angan dan kenangan di masa lalu saat kau masih seminggu.
Kuharap, sekalipun aku yang menulis ini, nanti, atau saat ini, aku takkan
menyia-nyiakan beliau yang selalu menjagaku. Kalau iya, ingetin yaa :D karna
aku orang yang sering ceroboh, hehehe jadi tulisan ini sebenarnya tujuannya
sebagai tamparan buat aku sendiri sih. Share juga pengalamanmu, copy aja di
komennya
Buat bonus, aku kasih nih link video lagu dari Tompi,
yang judul lagunya aku jadiin judul post ini, berikut liriknya :’)
Makasih buat waktunya udah baca,
Wassalamualaikum ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar